Senin, 20 Juni 2011

Pilih Kulit Putih atau Kulit Sehat?


Kulit yang sehat adalah kulit yang cerah, berkilat, lembab, lentur dan tanpa noda. Jika kulit dicubit, ia akan cepat kembali seperti semula. Tekstur kulit adalah cermin kesehatan diri, tidak perlu dikaitkan dengan warna. Dunia justru menjadi ramai dan bervariasi karena perbedaan warna kulit.

Menurut Prof. Dr dr SPKK (Konsultan) Retno Widowati Soebaryo, dokter spesialis kulit dan kelamin yang berpraktek di Jakarta, untuk apa menginginkan kulit putih jika tidak sehat?! Justru kulit orang Indonesia yang putih kekuningan atau kuning kecoklatan menandakan kulit yang banyak pigmentasi. Pigmen, yang di dalamnya mengandung melanin, memberikan perlindungan terhadap sinar matahari.

Banyak orang Eropa atau luar negeri yang menginginkan kulit seperti orang Indonesia. Mereka lantas berjemur, tetapi yang terjadi justru bisa memicu terjadinya kanker kulit karena pigmen yang kurang, “Tuhan Maha Besar, telah memberi kita kulit dengan banyak pigmen. Man is a fool, selalu menginginkan apa yang tidak dipunyai,” tutur Retno.

Jika saat ini banyak produk menawarkan pemutih kulit, orang jangan lantas percaya begitu saja. Beberapa waktu yang lalu pernah ditemukan krim pemutih kulit yang mengandung logam berat seperti merkuri yang maksudnya untuk membuat kulit mulus dan putih, tetapi justru berbahaya karena bisa merusak organ tubuh, salah satunya ginjal.

Istilah “whitening” atau pemutihan yang dipakai oleh sejumlah perusahaan kosmetik saja sebenarnya sudah salah karena pada dasarnya kulit yang coklat tidak bisa diputihkan hanya dengan olesan krim.

“Istilah yang tepat adalah skin lightening, yakni kulit dibuat lebih terang dan bercahaya. Skin lightening di sini adalah pemudar warna, maksudnya memudarkan noda-noda hitam yang ada di kulit,” Kata Retno.

Saat ini banyak orang terjebak pada kata yang salah. Selain Whitening, ada pula istilah sunblock, yang tidak tepat. Tidak mungkin ada krim yang bisa mengeblok sinar matahari; yang benar adalah sunscreen atau pelindung dari sinar matahari.

Menurut Retno, banyak pasien yang datang minta diputihkan atau dicerahkan kulitnya. Fenomena ini terjadi karena budaya Indonesia yang masih menilai perempuan karena kecantikannya. Dan cantik, berarti tidak berkulit gelap.

Meskipun demikian, dokter bisa melakukan pencerahan kulit dengan cara yang benar dan tetap sehat. “Skin lightening, kalau dikerjakan dengan benar, ya tidak berbahaya. Misalnya, dikasih vitamin C, hidrokinon, asam glikolat, soya dan lain-lain,” jelas Retno.

Dokter akan mengidentifikasi jenis kulit dan tingkat kesensitifannya. Krim-krim itu biasanya mengiritasi kulit. Untuk itu, dokter akan memilihkan krim mana yang tepat untuk jenis kulit tertentu. Bahkan, pengelupasan kulit luar tidak apa-apa asalkan ditangani oleh ahlinya. Dokter umum boleh untuk sumber konsultasi kulit, tetapi hanya ada tahap-tahap tertentu yang ringan.

Proses pencerahan kulit tidak bisa dilakukan secara instan. Dua pekan saja tidak bisa. Dibutuhkan waktu antara tiga sampai enam bulan atau bahkan 12 bulan untuk mencerahkan kulit hingga diperoleh hasil yang diinginkan.

Jika seseorang pergi ke klinik kecantikan, pastikan ada dokter kulit di sana untuk berkonsultasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar